Selamat Berjuang

on Wednesday, May 30, 2012

Untuk apa kita hidup? Apa tujuan hidup kita? pertanyaan-pertanyaan seperti itu seringkali tidak menemukan jawaban ketika ditanyakan, namun ketika melalui perjalanan hidup itu sendiri, kita semakin menyadari bahwa hidup itu haruslah memiliki makna karena waktunya yang singkat. Dan bicara masalah hidup, adalah sebuah proses perjalanan dari kelahiran hingga kematian. Tidak ada yang tahu seberapa lama kita hidup. Tak peduli seberapa banyak masalah dan cobaan, kita harus berjuang untuk hidup. Dari kenyataan tersebut kita turut mengaminkan bahwa hidup adalah perjuangan. Perjuangan untuk tetap hidup. Perjuangan atas cita-cita, perjuangan melawan penyakit, perjuangan melawan ketidakadilan, perjuangan menaklukkan diri sendiri, dan perjuangan-perjuangan lainnya. Kembali atas 33 tulisan mengenai perjuangan, saya menemukan banyak kisah yang menginspirasi serta memberi kekuatan untuk terus menjalani hidup yang keras ini. Dan pada akhirnya kita akan kembali pada Sang Pemberi Hidup.  Di situlah perhentian perjuangan kita.
  1. Hidup memang bagaikan roda pedati, sekali di atas sekali di bawah, berputar begitu tiada henti. Kalau kita hanya mau roda itu terus -menerus ada di atas, itu berarti roda kita mandek.
  2.  Bertekun atau bertabah dalam perjuangan pun bukan sesuatu yang terus-menerus ada pada kita, melainkan turun naik.
  3. Kita bertanya,"Surga itu di mana?" Agaknya pertanyaan itu salah. Seharusnya kita bertanya,"Surga itu apa?" 
  4.  Jadi, dosa sebenarnya bukan semata-mata perbuatan keliru yang telah kita lakukan, namun perbuatan baik yang belum kita lakukan.
  5. Meneteskan air mata adalah tanda rangsangan. jiwa dan emosi, rangsangan ragawi, dan sandiwara.
  6. Pokok ajaran Vivekananda: "Tiap orang mempunyai potensi ilahi, yakni potensi untuk mengasihi, sebab itu tujuan pendidikan adalah menolong orang mewujudnyatakan potensi itu kepada orang-orang di sekitarnya."
  7. Jika kita menghargai hidup, kita akan mengembangkan dan membuahkan hidup sehingga kelak kematian tidak percuma.
  8. Kelekatan memang terasa pedih ketika tiba saatnya untuk berpisah.
  9. Siapakah yang paling menderita karena perceraian? bukanlah suami maupun istri, tetapi anak.
  10. Julie Ying Ling: "Good relationship do not just happen. They must be pursued, nourished and valued. This commitment to build fulfilling relationships does not end approaching death."
  11. "Jika kita sudah menyelesaikan semua tugas yang diberikan saat kita ditempatkan di bumi, kita boleh meninggalkan tubuh yang membungkus roh kita seperti kepompong melepaskan kupu-kupu." Elisabeth Kubler.
  12. Penyakit apapun bukanlah sebuah vonis, sebab vonis berarti hukuman yang diputuskan oleh sidang pengadilan.
  13. Hasrat juang adalah dorongan kuat untuk mencapai cita-cita atau minat yang sangat kita gemari sehingga kita berikhtiar dengan sepenuh hati dan bersedia menderita dalam meraih keinginan itu.
  14. Bagaimana menemukan "It is well with my soul" di tengah goncangan?
  15. Menghormati orang tua berarti menghargai tinggi, yaitu tidak meremehkan dan tidak menganggap enteng.
  16. ..Biarlah aku memakai waktuku bukan untuk menginginkan supaya aku terlepas dari sakitku, melainkan untuk berdoa bagi mereka yang lebih sakit daripadaku. (Pennamma)
  17. Kebanyakan bencana alam terjadi akibat sikap kita yang keliru. Kita merasa diri mampu berbuat sewenang-wenang terhadap alam, seperti merasa diri kuat sehingga bersikap kasar terhadap kelompok minoritas. Bagaikan hukum karma, bencana demi bencana timbul.
  18. Suruhan "mintalah...carilah...ketuklah" bermaksud menekankan bahwa doa adalah perjuangan untuk tekun sekaligus perjuanagan untuk pasrah karena pengabulannya bukan tergantung dari cara kita berdoa, melainkan dari kemurahan "Bapamu yang di sorga".
  19. Pemahaman kitab suci secara kerdil dan fanatik terjadi karena pemimpin agama kurang mengetahui pengetahuan hermeneutik, yaitu ilmu menganalisis sebuah teks dan menerapkan teks itu dari konteks budaya tertentu ke konteks budaya yang lain.
  20. Tiap keputusan adalah produk akal. Bijak atau tidaknya keputusan itu tergantung apakah akal kita disertai budi, yaitu pertimbangan dan pembedaan mana yang baik dan mana yang buruk.
  21. Bermain (bola) itu bukan main-main, melainkan serius.Apalagi hidup ini! Bodoh kita sendiri kalau pekerjaan kita lakukan secara asal jadi, cari gampang, dan alon asal kelakon.
  22. Dalam depresi kita dibelit pada sikap yang tertuju pada diri sendiri. Itulah yang perlu ditaklukkan. Berhenti hanya memperhatikan diri sendiri. Lakukan sesuatu yang berguna untuk seseorang. Buatlah orang itu menjadi gembira.
  23. Menangis merupakan penyaluran sehat atau ventilasi kedukaan yang bertumpuk. Penyaluran itu dapat berdampak terapeutis atau memulihkan.
  24. Tangan kita menjadi tangan Tuhan yang melakukan perbuatan-perbuatan yang baik. Tangan yang menggapai, tangan yang membelai. Tangan yang terbuka, tangan yang membalut luka. Tangan yang menyuapi, tangan yang merestui. Tangan yang menghijaukan halaman, tangan yang melestarikan lingkungan. Tangan yang melepas tali pengikat, tangan yang membawa selamat.
  25. Sebuah tangis perdana bayi adalah musik pembuka pada konser hidupnya.
  26. Kita sebagai manusia seharusnya tidak bertindak membeda-bedakan sesama. Orang yang berkeyakinan teologi apa pun, berpaham ideologi apa pun,  berorientasi seksual apa pun, haruslah kita terima.
  27. Apakah saya kecewa [karena cita-cita menjadi atlet sepeda gunung]tidak tercapai? Sama sekali tidak, sebab sebuah cita-cita saya yang lain betul-betul terkabul. Sejak SD saya bercita-cita menjadi penulis dan sejak itu bekerja mati-matian untuk mewujudkannya.
  28. Abdul Wadud Karim Amrullah: "yang mengesankan bagi saya [tentang ayahnya] adalah pesan beliau bahwa kita tidak boleh taqlid buta, dan harus selalu menggunakan otak yang diberikan oleh Tuhan dengan menggunakan pikiran dan menyelidiki sesuatu untuk mencari kebenaran."
  29. Ribuan pengalaman membentuk saya.
  30. Memang, cinta itu gembira dan bahagia. Namun, bukankah dalam cinta juga terkandung derita? Bahkan, justru karena cinta kita menderita.
  31. ..memang kita berserah, tetapi tidak menyerah. Menyerah adalah sikap masa bodoh, sedangkan berserah adalah sikap.
  32. Untuk apa bersusah-susah berjuang? Untuk mempertahankan kehidupan!
  33. Kenyataan hidup dan pekerjaan kita: kecewa bercampur bangga, pesimis bercampur optimis, menderita bercampur gembira.
Selamat Berjuang Penulis: Andar Ismail Editor: Rika Uli Napitupulu-Simarangkir Korektor Naskah: Samuel Septino Saragih Desain Sampul: Ruri Handiswari Penerbit: PT BPK Gunung Mulia (2012) ISBN: 9786022310235

1 comments:

olivia elena hakim said...

aku juga udah baca buku ini nih bang epi :D aih keren sekaliii

Post a Comment