Kisah di Balik Kidung

on Tuesday, October 11, 2011

Judul : Kisah Kidung
Pengarang: Alfred Simanjuntak
Penerbit: Yamuger



Sebagai manusia buta nada dari keluarga berlatar belakang non-musik, saya dulu berpikir bahwa lagu hanyalah sebuah lagu. Hanya bagian dari ritual Minggu yang tidak pernah bermakna lebih. Seorang petugas pemandu nyanyian jemaat di sebuah gereja membuka pikiran saya. Pria itu sudah tergolong lansia, tetapi semangat dan antusiasmenya dalam menjalankan tugas pelayanannya sangat membara. Dan, yang unik, sebelum kebaktian dimulai ia menyempatkan diri untuk mengajak jemaat melatih beberapa lagu dan menceritakan kisah di balik penciptaan lagu-lagu kidung jemaat.

Waktu itu saya berpikir: kok dia bisa tahu ya? Beberapa tahun kemudian, setelah saya membantu pengelolaan perpustakaan gereja saya sendiri, seorang jemaat datang dan menyumbangkan buku ini. Nah, ini dia ternyata rahasia si kakek!

Kisah Kidung ini menyajikan berbagai cerita inspiratif dari lagu-lagu yang kita kenal dalam keseharian ibadah. Menurut saya ini benar-benar referensi berharga yang patut dibaca oleh semua jemaat. Dengan mengetahui cerita di balik setiap lagu, ada perasaan berbeda tiap kali mulut kita menyanyikannya. Lagu-lagu itu tidak muncul begitu saja, tetapi menyimpan sebuah cerita di baliknya.

Memang, semua lagu yang dibahas dalam buku ini adalah lagu terjemahan dari luar, dan itu pun tidak lengkap seisi KJ dibahas. Tahukah Anda, bahwa lagu-lagu PKJ karangan lokal pun memiliki kisah menarik di baliknya? Saya mempelajari hal ini ketika mewawancarai Arnoldus Isaak Apituley, seorang pengarang lagu yang banyak dipakai di PKJ, untuk proyek masa Advent gereja. Begitu banyak kisah indah di balik sebuah lagu. Sayangnya belum ada sebuah buku yang ditulis lengkap mengenai ini. Konon, alm. Christina Mandang telah memulai pembuatan buku seperti ini, tetapi Tuhan ternyata memiliki rencana lain. Semoga kelak kita bisa melihat buku 'kisah kidung' komplit karangan anak negeri ini di rak toko buku. Sampai saat itu tiba, buku Kisah Kidung karangan Alfred Simanjuntak ini cukup membuka wawasan dan menginspirasi :)

The Four Fingered Pianist

on Wednesday, October 5, 2011

Judul:The Four Fingered Pianist
Penulis: Kurnia Effendi
Penyunting: Hermawan Aksan; Suhindrati a. Shinta
Penyelaras aksara: Gita Romadhona, Nani
Pewajah Sampul: Windu Budi
Penata Letak: Alia Fazrillah
Penerbit: Hikmah (PT Mizan Publika) April 2008
ISBN: 9789791141512

Saya mengira buku ini adalah buku tentang musik karena melihat judulnya The Four Fingered Pianist. Saya juga mengira di dalamnya akan dibahas tentang karya-karya para pemusik yang dimainkan oleh pianis. Ternyata dugaan saya tidak sepenuhnya benar. Buku ini lebih menceritakan bagaimana keras dan sulitnya hidup. Kenyataan hidup seringkali begitu kejam tanpa pernah berkompromi.

Hee Ah Lee dan ibunya, Woo Kap Sun adalah tokoh sentral buku ini. Hee Ah Lee yang terkenal dengan pianis 4 jari (The Four Fingered Pianist) terlahir di dunia pada 9 Juli 1985 di Pusan, Korea Selatan. He Ah Lee adalah putri yang dinanti-nantikan oleh Woo Kap Sun dan Wun Bong Lee dalam 7 tahun perkawinan mereka. Profesi Woo Kap Sun sebagai perawat itulah yang mempertemukan dirinya dengan Wun Bong Lee, dimana saat pecang perang Korea, Wun Bong Lee yang bekerja sebagai tentara, terluka dan dirawat oleh Woo Kap Sun. Bahtera perkawinan mereka benar-benar diuji. Sebagai seorang suami, Wun Bong Lee tidak dapat bekerja selayaknya kepala rumah tangga. Akibat sakitnya, Bong Lee mengalami kelumpuhan yang menyebabkan ia hanya berbaring di tempat tidur. Woo Kap Sun terus bekerja sebagai perawat. Seperti umumnya perawat, ada jadwal bertugas pagi-siang-malam. Seringkali Kap Sun mengalami pusing jika bertugas malam, karena itu ia meminum obat pereda rasa sakit kepala. Ia tidak menyadari bahwa telah ada janin di rahimnya, dan ia masih mengonsumsi obat sakit kepala. Dokter dan keluarga besar telah menyarankan agar menggugurkan janin itu, sebab telah terdeteksi bahwa Kap Sun akan melahirkan bayi yang cacat. Namun ia tetap mempertahankan bayinya.