Penulis: Ramadhan KH
Desain Sampul: Natasa T.
Tata Letak: Rakhmat Ariansyah
Tebal: 466 halaman
Penerbit: Sinar Harapan , 1981
Bung Hatta mengutip dua bait sajak penyair tenar Rene de Clerq
"Hanya ada satu negeri yang bisa menjadi tanah airku. Yaitu negeri yang berkembang karena perbuatan, dan perbuatan itu adalah perbuatanku."
Soekarno. Siapa yang mengenal orang terbesar Indonesia ini. Putra sang fajar yang lahir di Blitar, 6 Juni 1901 dari pasangan Raden Soekemi dan Ida Ayu Nyoman Rai, diberi nama kecil, Koesno. Dialah tokoh sentral roman karangan Ramadhan KH ini.
Soekarno hidup jauh dari orang tuanya di Blitar sejak duduk di bangku sekolah rakyat, indekos di Surabaya sampai tamat HBS (Hoogere Burger School). Ia tinggal di rumah Haji Oemar Said Tjokroaminoto, dan ia menikahi Siti Oetari, anaknya (1921). Soekarno pindah ke Bandung, melanjutkan pendidikan tinggi di THS (Technische Hooge-School), Sekolah Teknik Tinggi yang kemudian hari menjadi ITB. Semasa kuliah di Bandung, Soekarno menemukan jodoh yang lain, menikah dengan Inggit Ganarsih (1923), dan meraih gelar insinyur, 25 Mei 1926.
Labels: Roman Biografi
Judul : Kanker Bukanlah Akhir Dari Segalanya
Pengarang : Phyllis Ten Elshof
Genre : Kesaksian
Penerbit : BPK Gunung Mulia
Siapapun yang pernah bergumul dengan kanker-entah itu dirinya atau keluarganya-pasti akan merasakan kedekatan dengan isi buku ini. Phyllis Ten Elshof, pengarang buku ini, berjuang menghadapi kanker limfoma. Tetapi salah besar jika kita mengira buku ini terasa kelam-sebaliknya, ada kehangatan, harapan, dan optimisme di tiap lembar.
Kanker Bukanlah Akhir Dari Segalanya dicetak dalam format penuh warna dan ilustrasi, tidak terlalu tebal dan memakai kertas berbahan glossy; sangat menyenangkan untuk dibaca. Mungkin sekilas orang tidak akan menyangka buku seperti ini bicara mengenai penyakit yang ditakuti banyak orang; dan pada akhirnya, kita pun disadarkan: kanker memang bukan akhir dari segalanya.